Monday, October 25, 2010

PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASI

Author: Muklas, A.md
Setiap cara yang melokalisir titik dimana PH berubah sangat cepat dapat digunakan untuk mendeteksi titik ekuivalen dari suatu titrasi, yaitu : titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Salah satu cara untuk menentukan titik ekuivalen adalah dengan menggunakan zat warna yang mempunyai warna yang sensitif terhadap konsentrasi hidrogen. Zat warna ini dapat digunakan sebagai indikator dan dapat memberikan keterangan tentang PH suatu larutan (Haryono, 2001).



Berat sejati adalah campuran yang Homogen dengan molekul yang terdispensi seluruh komponennya, berbentuk molekul-molekul tunggal dalam paket-paket molekul yang sangat kecil atau ion-ion pembuatan larutan sejati dikenal sebagai proses pelarutan (Bernasconi, et al, 1995).

Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah suatu cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu titrasi satu cairan yang mengandung reaktan ditempatkan pada biuret, sebuah tabung yang panjang salah satu ujungnya terdapat kran (disebut stop kok). Memakai skala titran ditambahkan indikator perubahan warna. Indikator menandai habisnya titrasi, titrasi biasanya terjadi pada asam basa (Brandi, 1990).

Komponen dan sifat fase cairan baru ini, yaitu larutan berbeda dari air murni. Larutan adalah campuran karena ini terdiri dari 2 zat atau lebih. Larutan ini homogen karena sifatnya di seluruh cairan. Campuran air dan pasir adalah campuran heterogen larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam beberapa hal), biasanya molekul pelarut agar berjauhan dalam larutan dibanding dalam larutan murni (Petrucci, 1992). Konsentrasi mempengaruhi normalitas. Normalitas didefisinisikan sebagai jumlah gram berat aquivalent zat terlarut per liter solusi. (www.kompas.com)

Analisis




Pembahasan

Larutan merupakan campuran yang homogen yang terdiri dari solvent (pelarut) dan solut (terlarut). Pada pembuatan 0,1 N HCl diperoleh dari 0,83 ml larutan HCl pekat. Sebenarnya untuk percobaan ini dicari 0,1 N HCl, namun dalam prakteknya didapat 0,078 NHCl. Hal ini disebabkan karena faktor relatif yaitu antara lain pada saat membuat. Larutan HCl dari HCl pekat dengan ketentuan menambah aquades sampai garis (100 ml). Ternyata dari praktikan menambah HCl yang ada dalam labu takar lebih dari garis yang ditentukan, maksudnya praktikan menambah HCl pekat dengan aquades seharusnya sampai volume 100 ml namun sampai volume lebih dari 100 ml sehingga yang seharusnya konsentrasi HCl yang diinginkan untuk mencari 0,1 N HCl menjadi lebih sedikit karena HCl nya lebih encer sehingga menyebabkan NHCl ditemukan dengan harga 0,078. Untuk menentukan volume HCl pekat yang dibutuhkan dipengaruhi oleh besarnya volume NHCl, berat jenis HCl dan kadar dari HCl pekat (%).

Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax dapat dilakukan dengan cara titrasi. Titrasi menggunakan indikator Mo, sebagai tanda titrasi berhasil yaitu dengan adanya perubahan warna, sehingga jika perubahan warna sudah ada titrasi dihentikan dan selanjutnya dapat dihitung normalitas HCl yaitu 0,078. Dan pada percobaan tersebut pada warna awal berwarna kuning, warna proses orange dan warna akhir adalah merah muda. Namun dalam praktek didapat warna akhir yaitu merah muda. Hal ini terjadi mungkin karena faktor relatif di atas yaitu terlalu encernya pentitrasi yaitu HCl pekat yang terlalu banyak ditambah aquades atau mungkin karena tetesannya terlalu cepat, yang mengakibatkan pengamatan terhadap perubahan warna larutan tidak bisa teliti sehingga bisa-bisa warna perubahan yang diinginkan sudah terjadi sebelumnya.

Pada penentuan kadar Na2CO3 juga dilakukan secara titrasi. Perubahan warna yang terjadi adalah kuning menjadi orange dan warna akhir adalah merah muda. Untuk kadar Na2CO3 yang diperoleh adalah 20,9%. Hal ini disebabkan mungkin karena pengambilan HCl dan Na2CO3 yang tidak tepat. Besar kadar Na2CO3 dipengaruhi oleh N HCl, Volume HCl, BM Na­2CO3 serta massa Na2 CO3. Perubahan warna dari orange ke merah seharusnya terjadi pada volume kurang dari 19 ml namun kenyataannya terjadi perubahan warna pada volume 19 ml. Hal ini terjadi mungkin karena kebocoran atau penetesan terlalu cepat, yang mengakibatkan pengamatan terhadap perubahan warna larutan tidak bisa teliti sehingga bisa-bisa warna perubahan yang diinginkan sudah terjadi sebelumnya.

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan :
a. Pada pembuatan 0,1 N HCl diperlukan 0,83 ml HCl pekat.
b. Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya yang dihasilkan dalam suatu reaksi dengan menggunakan cara titrasi.
c. Nilai normalitas (N) pada standarisasi H Cl dengan Borax adalah 0,078 N.
d. Pada percobaan di atas diperoleh Na2CO2 sebesar 20,9%.
e. Perubahan warna pada standarisasi 0,1 N HCl dengan borax dan dalam proses penentuan kadar Na2 CO3 adalah warna orange ke warna merah muda.

DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. et.al. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. PT. Prodya Paramita. Jakarta.
Brandi, James E. 1990. General Chemistry; Principle and Structure. Jahn Wiley and Sons. New York.
Estman, RH. 1960. General Cheemistry: Experiment and Theory. Holt, Rine Hart and Winsten Inc.
Harjadi. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Jr, Day, RA. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
www.kompas.com

No comments:

Post a Comment