Monday, November 15, 2010

ISOLASI PATI UBI KAYU DAN FERMENTASI

"kelaskita.com" 
Patidalam perdagangan dikenal dua macam pati, yaitu pati yang belum dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati dapat dimodifikasi melalui cara hidrolisis, oksidasi, cross-linking atau cross ling starch. Pati ini biasanya dibuat dengan cara mengasamkan suspensi pati sampai pH tertentu dan memanaskan pada kondisi tertentu pula, sampai diperoleh derajat konversi atau modifikasi yang diinginkan, karena sebagian pati terhidrolisis menjadi dekstrin, maka viskositas larutan menjadi rendah. Ekstraksi pati dari ubi kayu dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang amat sederhana sampai yang sangat modern. Walaupun demikian, prinsip dasar dan cara kerja dari proses-proses industri tersebut sama. Pemisahan pati dari sel-sel parenkima penyimpanan pati di dalam ubi kayu dilakukan cara memarut, kemudian pati dipisahkan dari serat-serat kasar (selulosa) dengan cara pengendapan, penapisan, dan pemusingan (Soebiyanto, 1986). 
 
Aldosa merupakan gula pereduksi yang berarti bahwa fungsi aldehida bebas dari bentuk rantai terbuka, mampu untuk dioksidasi menjadi gugus asam karboksilat. Katosa tidak mudah teroksidasikan pada persyaratan lunak kalau aldosa beroksidasi. Perbedaan ini merupakan dasar bagi bermacam-macam uji pengenalan, terutama untuk glukosa, yang berfungsi sebagai suatu aldoheksosa sekaligus merupakan gula pereduksi. 
Uji Benedict (Fehling)
 
 
(David, 1989).

Pati terutama terdapat dalam jumlah tinggi pada golongan umbi seperti kentang, dan pada biji-bijian seperti jagung tetapi kemapuan membentuk pati dijumpai pada hampir semua sel tanaman. Pati mengandung dua jenis polimer glukosa, yaitu –amilase dan amilopektin. –amilase terdiri dari rantai unit D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan (1→4). Rantai ini beragam dalam berat molekulnya, dari beberapa ribu sampai 500.000. Amilopektin juga memiliki berat molekul yang tinggi, tetapi strukturnya bercabang tinggi (Lehninger, 1988).

Ubi kayu mengandung racun glukosida sianogenik (linamarin dan lotaustralin) yang sewaktu hidrolisis dapat menghasilkan asam sianida glukosa. Pada kadar tinggi racun ubi kayu dapat berakibat fatal atau mengakibatkan penyakit keracunan yang dinamakan tropical ataxit neoropothy. Kandungan tiosianat didalam serum darah bila cukup tinggi dapat mengganggu pekerjaan kelenjar gondok sehingga penderita dapat terserang penyakit gondok (goitre) atau kekerdilan (critinism). (Girindra, 1985)

Fermentasi adalah suatu proses perubahan-perubahan kimia dalam suatu substrat organik yang dihasilkan oleh mikroba-mikroba hidup tertentu. Sebagai suatau metabolisme, fermentasi memiliki cara-cara sebagai berikut :
a. Oksidasi berlangsung tidak sempurna.
b. Transformasi sejumlah besar substansi oleh sejumlah kecil jasad hidup.
c. Energi yang dihasilkan relatif rendah, kira-kira hanya 1/25 dari jumlah energi yang dihasilkan didalam proses pernapasan (respirasi). (Pringgomulyo, 1988).


BAHAN
- Umbi kayu            - Larutan Iod 0,01 N
- Aquades               - Reagent Benedict
- Alkohol 95 %       - Larutan Suspensi Ragi Roti 5 %
- Larutan pati 1 %   - Larutan Sukrosa 10 %
- HCL Pekat

CARA KERJA
 
 



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN





Pembahasan
Pada pengamatan praktikum Isolasi Pati Ubi Kayu, didapatkan berat kering pati + alkohol 95% berbeda-beda, dikarenakan: pada saat penggilingan banyak ubi yang jatuh, pemerasan yang kurang optimal, pada saat pengambilan residu masih ada residu yang tertinggal di tempat/wadah. Dalam isolasi ini larutan yang jernih didekantasi dengan larutan yang keruh dan endapannya. Kemudian larutan keruh dan endapannya tersebut ditambah dengan 50 ml alkohol 95%, hal ini dilakukan untuk mempercepat terbentukknya pati. Pati yang diperoleh dikeringkan dengan meratakannya pada kertas saring pada suhu kamar. Dari hasil pengamatan berat pati yang paling tinggi adalah kelompok 4 yaitu sebesar 22,32 gr dan berat pati yang piling rendah adalah kelompok 3 yaitu sebesar 16,69 gr.

Pada hidrolisis pati dilakukan dengan 2 uji, yaitu uji Benedict dan uji Iod. Uji Benedict bertujuan untuk mengetahui derajat reduksi yang terjadi pada larutan pati. pada uji Benedict, semakin lama waktunya maka semakin banyak pula endapan merah bata yang terjadi pada larutan pati. Uji Iod bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman pati. Dimana pada uji iod semakin lama waktunya maka akan terbentuk endapan yang berwarna kuning.

Pada uji kualitatif terhadap hidrolisis pati dilakukan 2 uji yaitu: uji Molisch dan uji Benedict. Untuk uji Molisch ini, Penambahan asam sulfat pekat ini bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya kandungan karbohidrat dalam pati. Pada larutan pati, perubahan yang terjadi adalah adanya warna ungu tua dan warna ungu, hal ini menunjukkan bahwa kandungan karbohidratnya tinggi, sedangkan pada hidrolisis pati, perubahan yang terjadi adalah adanya 3 lapisan, yaitu, bening, keruh, dan ungu yang berarti menunjukkan bahwa hidrolisat pati sedikit mengandung karbohidrat. Pada percobaan reaksi peragian (fermentasi) dilakukan 2 uji yaitu: uji benedict dan uji iod. Sebelum dilakukan pengujian tersebut, campuran antara suspensi ragi roti dan sukrosa dibiarkan apakah campuran tersebut terjadi reaksi peragian yang dapat ditunjukkan dengan adanya gelembung CO2. Pada uji benedict kali ini terdapat perubahan warna dari empat kelompok ada 3 kelompok yang perubahannya ada endapan merah bata dan untuk kelompok satunya yaitu kelompok 1 ada perubahan warna 3 yaitu untuk atas berwarna hijau, untuk tengah berwarna kuning dan untuk bawah berwarna biru muda. Hal itu bisa terjadi kemungkinan dikarenakan ada gelembung CO2 yang terlalu banyak. Pada uji iod perubahan yang terjadi pada semua kelompok adalah berwarna coklat dan ada endapannya.
 
 "Life Is a Learning"

No comments:

Post a Comment